Kamis, 31 Juli 2008

askep hiv - aids

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS

Konsep Dasar
I.Pengertian
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

II.Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1.Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
2.Orang yang ketagian obat intravena
3.Partner seks dari penderita AIDS
4.Penerima darah atau produk darah (transfusi).
III.Patofisiologi :
















IV.Pemeriksaan Diagnostik
1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA
Western blot
P24 antigen test
Kultur HIV
2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.
Hematokrit.
LED
CD4 limfosit
Rasio CD4/CD limfosit
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin


Asuhan Keperawatan
I.Pengkajian.
3.Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
4.Penampilan umum : pucat, kelaparan.
5.Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
6.Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
7.Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
8.HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
9.Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
10.Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
11.Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
12.Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
13.GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
14.Gu : lesi atau eksudat pada genital,
15.Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

II.Diagnosa keperawatan
1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
2.Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
4.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5.Diare berhubungan dengan infeksi GI
6.Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

III.Perencanaan keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi
Rasional
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
1.Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2.gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
3.Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4.Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5.Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi


Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.
1.Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.
2.Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
1.Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2.Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3.Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
1.Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
2.Monitor BB, intake dan ouput
3.Atur antiemetik sesuai order
4.Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
Menentukan data dasar
Mengurangi muntah
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,
1.Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.
2.Auskultasi bunyi usus
3.Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order
4.Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
Mendeteksi adanya darah dalam feses

Hipermotiliti mumnya dengan diare
Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal
Untuk menghilangkan distensi
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
1.Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
2.Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3.Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.




Daftar Pustaka

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

from:ilmukeperawatan.com

Minggu, 27 Juli 2008

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

TINJAUN TEORI TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA AREA LINGKUNGAN KERJA

Pengertian
Pemberian pelayanan kesehatan di bawah pengawasan medis pada orang sakit atau kecelakaan kerja atau orang yang menjadi sakit atau tiba-tiba mengalami kecelakaan kerja ( Departemen Tenaga Kerja AS )

Praktik keperawatan spesialis yang memberi pelayanan kesehatan kepada pekerja atau populasi pekerja yang berfokus pada promosi, proteksi dan perbaikan kesehatan pekerja dalam konteks kesehatan lingkungan kerja ( Asosiasi Perawatan Kesehatan Kerja Amerika )

Spesialisasi ilmu kesehatan beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental ataupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit, gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta faktor-faktor umum. ( Nasrul Effendi )

Tingkat Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Akibat Kerja
1.Peningkatan Kesehatan
Pendidikan kesehatan kepada pekerja
Peningkatan dan perbaikan gizi
Penyediaan perumahan dan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja
Rekreasi bagi pekerja
Pemeriksaan sebelum kerja
2.Perlindungan khusus
Imunisasi
Higiene dan sanitasi lingkungan kerja yang sehat
Pengenalan dan perlindungan diri terhadap bahaya akibat kerja
Perlindungan terhadap faktor karsinogen dan alergi
3.Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat
Mencari tenaga kerja terhadap gangguan penyakut tertentu
General ceck up secara teratur
Penyaringan

4.Pencegahan kecacatan
Pengobatan yang adekuat untuk mencegah dan menghentikan proses penyakit
Perawatan yang baik
5.Pemulihan
Latihan dan pendidikan untuk melatih ketrampilan yang ada
Penempatan tenaga cacat secara selektif
Menyediakan tempat kerja yang dilindungi
Terapi kerja di rumah sakit

Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
1.Substitusi
2.Ventilasi umum
3.Ventilasi keluar setempat
4.Isolasi
5.Pakaian atau alat pelindung
6.Pemeriksaan sebelum kerja
7.Pemeriksaan kesehatan secara berkala
8.Penerangan yang cukup
9.Pendidikan kesehatan
10.Lingkungan kerja yang sehat

ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Pengkajian status kesehatan pekerja dan kebutuhan pelayanan kesehatan berdasarkan perspektif epidemiologi meliputi berbagai dimensi antara lain :
1.Dimensi Biofisikal
2.Dimensi Psikologi
3.Dimensi Fisik
4.Dimensi Sosial
5.Dimensi Tingkah Laku
6.Dimensi Sistem Kesehatan
Perawat komunitas harus memperhatikan kelima dimensi tersebut karena akan sangat mempengaruhi derajat kesehatan masing-masing individu
1.Dimensi Biofisikal
Faktor biologi manusia yang perlu dikaji pada status kesehatan pekerja termasuk di dalamnya adalah kematangan dan usia, warisan genetik dan fungsi fisiologis
2.Dimensi Psikologis
Pada pengkajian dimensi psikologis perawat komunitas mengidentifikasi masalah psikologi pada lingkungan kerja dan mengkaji faktor yang berkontribusi terhadap masalah psikologinya. Masalah psikologi dapat dimanifestasikan dengan adanya penyalahgunaan obat, kekerasan, gangguan kejiwaan, neurosis, dan kelemahan.
Beberapa indikasi adanya masalah psikologi yang perlu dikaji :
Sering tidak masuk kerja
Perubahan mood, perubahan dalam berhubungan dengan orang lain
Peningkatan insidensi kecelakaan
Kelemahan, kelelahan, penurunan energi
Penurunan atau peningkatan berat badan
Peningkatan tekanan darah
Penyakit yang berhubungan dengan stress (gastritis, ulkus peptikum)
3.Dimensi Fisik
Lingkungan fisik merupakan faktor yang turut mempengaruhi derajat kesehatan dalam lingkungan kerja. Kategori lingkungan fisik yang berisiko menyebabkan gangguan kesehatan seperti :
Bahan kimia
Radiasi, suara, getaran, terpapar panas dan dingin
Aliran listrik, api dan lantai
4.Dimensi Sosial
Lingkungan sosial dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi status kesehatan dapat bersifat positif dan negatif. Yang termasuk lingkungan sosial diantaranya : kualitas interaksi sosial diantara pekerja, nilai terhadap pekerjaan dan kesehatan, ada tidaknya diskriminasi, jenis kelamin atau tekanan lain yang dapat mempengaruhi produktifitas pekerja.
5.Dimensi Tingkah Laku
Faktor gaya hidup yang dipertimbangkan di sini termasuk :
Jenis pekerjaan
Istirahat dan latihan
Penggunaan alat pengaman

Pedoman Pengkajian Kesehatan Lingkungan Kerja
1. Dimensi Biopsikal meliputi :
Umur, jenis kelamin, suku bangsa pekerja
Apakah ada kondisi kecacatan pada populasi pekerja
Berapa angka insidensi dan prevalensi penyakit
Apakah ada faktor predisposisi terjadinya penyakit
Bagaimana tingkat ketidakhadiran
Apa jenis pekerjaannya
Bagaimana status imunisasinya
Bagaimana hasil skrining testnya

2.Dimensi Psikologi
Bagaimana organisasi hari kerjanya
Bagaimana kualitas keindahan lingkungannya
Bagaimana hubungan antar pekerja
Bagaimana hubungan pekerja dengan atasan
Bagaimana nilai dan sikap pekerja
Bagaimana gaya supervisi pimpinan
Bagaimana evaluasi pekerjaan
Bagaimana pembagian kerjanya
Bagaimana kontrol kerjanya
Apakah ada sumber stress dalam lingkungan kerja
Bagaimana tingkat konflik keluarga
Apakah ada program manajemen stress di lingkungan kerja
3.Dimensi Fisik
Bagaimana sistem transportasi pekerja
Bagaimana keamanan area parkir
Bagaimana penggunaan pestisida dan racun dalam lingkungan kerja
Apakah ada polusi dalam lingkungan kerja
Bagaimana sistem pemadam kebakaran
Apakah ada potensi terpapar substansi beracun
Bagaimana tingkat keterpaparan terhadap cuaca
Apakah ada potensi terjadinya jatuh
Apakah ada binatang atau serangga di lingkungan kerja
Apakah ada alargen tumbuhan dan racun di lingkungan kerja
Bagaimana kondisi suhu, penerangan, ventilasi
Bagaimana tingkat kebisingan
Bagaimana pengolahan makanan dan penyimpanannya
Bagaimana fasilitas toiletnya
Bagaimana fasilitas pembuangan limbah dan pengolahan sampah

4.Dimensi Sosial
Bagaimana kondisi ekonomi pekerja
Bagaimana sistem penggajian pekerja
Bagaimana sistem pelayanan kesehatan yang ada
Bagaimana pengorganisasian antar pekerja
Apakah ada potensi terjadi kekerasan di lingkungan kerja
Apakah ada konflik dalam organisasi
Bagaimana latar belakang budaya pekerja
Apakah bahasa yang digunakan
Bagaimana tingkat pendidikan pekerja
5.Dimensi Tingkah laku
Bagaimana pola komunikasi antar pekerja
Bagaimana kualitas pemberian nutrisi
Bagaimana status nutrisi pekerja
Bagaimana pengetahuan tentang nutrisi
Apakah ada kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat
Bagaimana pola aktivitas pekerja
Bagaimana istirahat pekerja
6.Dimensi Sistem Kesehatan
Bagaimana pelayanan kesehatan di lingkungan kerja
Bagaimana kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan
Bagaimana penggunaan fasilitas kesehatan oleh pekerja
Bagaimana tingkah laku pekerja dalam mencari pelayanan kesehatan
Bagaimana kemudahan mendapatkan informasi kesehatan
Bagaimana kontrol dan monitoring terhadap pelayanan kesehatan



Pedoman Pengkajian Kesehatan Lingkungan Kerja

1. Dimensi Biopsikal meliputi :
Umur, jenis kelamin, suku bangsa pekerja
Apakah ada kondisi kecacatan pada populasi pekerja
Berapa angka insidensi dan prevalensi penyakit
Apakah ada faktor predisposisi terjadinya penyakit
Bagaimana tingkat ketidakhadiran
Apa jenis pekerjaannya
Bagaimana status imunisasinya
Bagaimana hasil skrining testnya

2. Dimensi Psikologi
Bagaimana organisasi hari kerjanya
Bagaimana kualitas keindahan lingkungannya
Bagaimana hubungan antar pekerja
Bagaimana hubungan pekerja dengan atasan
Bagaimana nilai dan sikap pekerja
Bagaimana gaya supervisi pimpinan
Bagaimana evaluasi pekerjaan
Bagaimana pembagian kerjanya
Bagaimana kontrol kerjanya
Apakah ada sumber stress dalam lingkungan kerja
Bagaimana tingkat konflik keluarga
Apakah ada program manajemen stress di lingkungan kerja
3.Dimensi Fisik
Bagaimana sistem transportasi pekerja
Bagaimana keamanan area parkir
Bagaimana penggunaan pestisida dan racun dalam lingkungan kerja
Apakah ada polusi dalam lingkungan kerja
Bagaimana sistem pemadam kebakaran
Apakah ada potensi terpapar substansi beracun
Bagaimana tingkat keterpaparan terhadap cuaca
Apakah ada potensi terjadinya jatuh
Apakah ada binatang atau serangga di lingkungan kerja
Apakah ada alargen tumbuhan dan racun di lingkungan kerja
Bagaimana kondisi suhu, penerangan, ventilasi
Bagaimana tingkat kebisingan
Bagaimana pengolahan makanan dan penyimpanannya
Bagaimana fasilitas toiletnya
Bagaimana fasilitas pembuangan limbah dan pengolahan sampah

4.Dimensi Sosial
Bagaimana kondisi ekonomi pekerja
Bagaimana sistem penggajian pekerja
Bagaimana sistem pelayanan kesehatan yang ada
Bagaimana pengorganisasian antar pekerja
Apakah ada potensi terjadi kekerasan di lingkungan kerja
Apakah ada konflik dalam organisasi
Bagaimana latar belakang budaya pekerja
Apakah bahasa yang digunakan
Bagaimana tingkat pendidikan pekerja
5.Dimensi Tingkah laku
Bagaimana pola komunikasi antar pekerja
Bagaimana kualitas pemberian nutrisi
Bagaimana status nutrisi pekerja
Bagaimana pengetahuan tentang nutrisi
Apakah ada kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat
Bagaimana pola aktivitas pekerja
Bagaimana istirahat pekerja

6.Dimensi Sistem Kesehatan
Bagaimana pelayanan kesehatan di lingkungan kerja
Bagaimana kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan
Bagaimana penggunaan fasilitas kesehatan oleh pekerja
Bagaimana tingkah laku pekerja dalam mencari pelayanan kesehatan
Bagaimana kemudahan mendapatkan informasi kesehatan
Bagaimana kontrol dan monitoring terhadap pelayanan kesehatan

by..ilmukeperawatan.com

Rabu, 23 Juli 2008

askep klien fraktur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR

I.PENGERTIAN

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II.JENIS FRAKTUR
a.Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e.Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g.Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h.Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i.Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III.ETIOLOGI
a.Trauma
b.Gerakan pintir mendadak
c.Kontraksi otot ekstem
d.Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

IV.PATYWAYS

Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis


FRAKTUR

Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang

Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler

putus vena/arteri peningk tek kapiler reaksi stres klien
deformitas
perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin
gg. fungsi
protein plasma hilang memobilisai asam lemak
kehilangan volume cairan
edema bergab dg trombosit

emboli
penekn pem. drh
menyumbat pemb drh
penurunan perfusi jar




MANIFESTASI KLINIS
a.Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b.Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c.Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d.Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e.Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b.Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c.Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d.Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
VI.PENATALAKSANAAN

a.Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
b.Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c.Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

VII.KOMPLIKASI
a.Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b.Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c.Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

VIII.PENGKAJIAN
1.Pengkajian primer
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi



Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2.Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas
b.Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
c.Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d.Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e.Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal




IX.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a.Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsinal
Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b.Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c.Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d.Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e.Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f.Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g.Ubah psisi secara periodik
h.Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darahnormal
Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
a.Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
b.Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c.Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
d.Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e.Jelaskanprosedu sebelum memulai
f.Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g.Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h.Observasi tanda-tanda vital
i.Kolaborasi : pemberian analgetik

C.Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Penyembuhan luka sesuai waktu
Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:
a.Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b.Monitor suhu tubuh
c.Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d.Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e.Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f.Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g.Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h.Kolaborasi emberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

1.Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2.Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
3.Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC
4.Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC




download materi : askep asuhan keperawatan klien dengan fraktur

Kamis, 03 Juli 2008

DAPAT ILMU SEKALIGUS DAPAT INCOME

Anda sedang menghadapi tugas askep yang menumpuk ?


Anda berada di tempat yang tepat !


www.asuhankeperawatan.com


Situs penyedia Askep dengan peluang bisnis online, menghasilkan uang lewat internet !

Bagi mahasiswa keperawatan, menyusun askep merupakan tugas sehari-hari. Rasanya tidak ada habis-habisnya tugas tersebut menghampiri anda. Satu belum selesai tugas lain sudah menanti. Kini anda tidak perlu bersusah payah, dengan mendaftarkan diri anda di situs
www.asuhankeperawatan.com
, anda akan mendapat :

eBook yang berisi puluhan Askep, tidak seperti membeli buku saku askep biasa, anda tidak perlu mengetik materi, cukup copy paste. Cepat dan menghemat tenaga!

Anda akan mendapatkan bonus dari saya, untuk itu terus baca penawaran saya sampai akhir.

Anda akan memiliki bisnis online, peluang menghasilkan uang lewat internet.



Memperkenalkan :

eBook ASKEP

ebook ASKEP merupakan sebuah buku dalam format softcopy/*.doc sebanyak 20 ebook
Kumpulan Asuhan Keperawatan siap pakai, plus 20 eBook Diagnosa Keperawatan NANDA. Kini, anda tidak perlu lagi membuang waktu, tenaga dan banyak biaya untuk mengetik atau rental komputer atau bahkan menyewa jasa pengetikan. Anda hanya perlu melakukan copy paste eBook ini dan mengeditnya sesuai dengan kebutuhan anda.
Anda akan menemukan bagaimana cara menyusun askep dengan mudah dan cepat. Variasi Kumpulan askep dengan Diagnosa Keperawatan dapat menghasilkan lebih banyak lagi Asuhan Keperawatan yang dapat anda ciptakan dengan sekejap, keren kan ? Menurut saya juga begitu.

coba pelajari lebih lanjut di
www.asuhankeperawatan.com

ASI UNTUK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan salah satu unsur penting. Kekurangan gizi , terutama pada anak-anak akan menghambat proses pembangunan .
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Lingkungan disini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi indifidu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.Gizi anak merupakan faktor biologis dalam faktor lingkungan,memegang peranan penting dalam tumbuh kembang.
Menurut SKRT 1992 kematian bayi dan anak balita pada tahun 1992 adalah sekitar 30 % dari seluruh kematian. Dari 30 % kematian ini, 10% atau 1/3 nya terjadi pada neonatus, 7,5 % terjadi pada bayi usia 7 hari. Data tersebut memberikan gambaran bahwasannya golongan bayi dan anak anak benar –benar rentan terhadap penyakit dan gizi kurang yang seringkali menyebabkan kematian.
Asi dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas anak karena disamping nilai gizinya tinggi juga menganndung zat imunologis yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi.
Menurut Departemen Kesehatan RI 1995, pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan bayi yang paling baik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada saat awal.Tetapi pemberiab asi yang benar antara lain pemberian asi ekslusif hanya ditemui pada 47 % populasi dan menyusui dini pada jam pertama ditemui hanya pada 8 % populasi saja. Fenomena inilah yang pada akhirnya mendorong pemerintah untuk menggalakkan program asi ekslusif.
Dengan melihat hal diatas, maka peneliti ingin melihat perbandingan tumbuh kembang anak usia 1-4 bulan yang mendapat asi ekslusif dan yang mendapat asi non ekslusif.

Batasan dan Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami teliti kami batasi, pada tumbuh kembang anak usia 1-4 bulan yang mendapat asi eksklusif dan yang tidak mendapat asi eksklusif, kemudian kami bandingkan tumbuh kembangnya.Penilaian pertumbuhan pada penelitian ini adalah secara antropometri sedangkan penilaian perkembangan pada anak usia 1-4 bulan menggunakan Denver Development Screening Test.
Berdasarkan batasan tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk untuk membandingkan tumbuh kembang bayi yang mendapat asi eksklusif dan bayi yang mendapat asi non eksklusif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1 Pengertian tumbuh kembang

Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah proses yang dinamik dan berlangsung terus menerus mulai dari masa konsepsi sampai dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.(5)

Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan adalah setiap perubahan atau bertambahnya jumlah dan ukuran tubuh baik fisik (anatomi) maupun struktur. Peertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitas yaitu penambahan jumlah sel dan besar sel tubuh.Anak tidak hanya menjadi besar secara fisik tetapi ukuran dan stuktur pertumbuhan otaknya juga bertambah.Akibat adanya pertumbuhan otak anak mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berfikir.(5) Pertumbuhan anak lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama masukan zat gizi dari pada faktor genetik. Pertumbuhan dapat diukut dengan ukuran tinggi atau panjang dan ukuran berat.(6)

Perkembangan (development)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan anak berhubungan dengan perubahan kualitatif yang meliputi beberapa dimensi perkembangan anak yaitu perkembangan mental,motorik, bahasa, sosial, emosi dan pekembangan moral.(5) Dalam proses perkembangan terdapat proses deferensiasi dari sel tubuh, jaringan, organ, sistim organ sehingga masing-masing dapat berfungsi dengan baik. Hail ini dapat dicontohkan dengan kemampuan bermain, berbahasa, termasuk juga perkembangan emosi dan tingkah laku sebagai suatu hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya.(6)
Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan berjalan seiring dan saling terkait, berkesinambungan dengan ritme laju tumbuh kembang yang tak selalu tetap. Pada saat dalam kandungan proses tumbuh kembang berlangsung pesat sekali demikian pula pada tahun-tahun pertama kehidupan setelah kelahiran, kemudian menurun dan meningkat kembali pada usia 12- 14 tahun menuju tahap dewasa.(4)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Faktor post natal yang berperan dalam tumbuh kembang anak adalah faktor bio-fisiko-psiko-sosial. Contoh ari komponen biologis adalah kesehatan tubuh/organ,keadaan gizi, kekebalan penyakit. Yang termasuk komponen fisik misalnya perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan dan pendidikan. Komponen psiko-sosial misalnya kesehatan jiwa,stimulasi mental,pengaruh keluarga dan sekolah, nilai budaya dll.(4)
Wirsiki menyatakan bahwa proses tumbuh kembang dipemgaruhi oleh 2 faktor.
1.Mikro kosmos (keadaan anak itu sendiri )
Termasuk disini adalah sifat dasar konstitusi anak sejak lahir dan keadaan biologis anak .
2. Makro kosmos (keadaan lingkungan anak)
Termasuk disini adalah sikap orang tua, teman bermain dan guru serta masyarakat.

3 Kesehatan Anak
Kesehatan anakmerupakan suatau hal yang penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.Golongan bayi dan anak justru merupakan golongan yang sangat rentan terhadap penyakit infeksi dan gizi kurang.(3)
Pemberian imunisasi aktif pada bayi adalh penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi misalnya tbc,difteri, pertusis, tetenus, polio, campak, hepatitis b dll.
Imunisasi pasif dapat diperoleh melalui antibodi maternal dan asi yang akan menolong bayi untuk mencegah dan menghadapi infeksi selama bulan-bulan pertama kehidupan.Karena daya imunitas itu akan menurun dan kontak dengan lingkungan akan makin meningkat, kejadian penyakit infeksi akan bertambah secara cepat dan menetap pada tingkat yang tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan(.9)
Bayi yang mendapat asi eksklusif mempunyai resiko yang jauh lebih rendah terhadap penyakit diare jika dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula atau menerima makanan lain selain susu, karena bayi yang mendapat asi akan menerima zat protektif disamping proses penyediaan susu formula atau makanan tambahan tersebut sering kurang higienis.
Bayi atau anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik,berbeda dengan anak yang sering terkena infeksi, biasanya pertumbuhannya akan terganggu.(9)
4. Pola Konsumsi Bayi 0-4 Bulan

Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang pesatdisertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi. Selama periode ini bayi sepenuhnya tegantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.
Asi tanpa makanan lain dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 4 bulan dan sesudahnya hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, mineral utama bagi bayi.Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut maka mulai usia 4 sampai 24 bulan disamping asi juga diberikan makanan pendamping asi.(1)
Dahulu pemberian makanan tambahan diberikan sedini mungkin tetapi setelah ada laporen tentang bahaya yang ditimbulkannya maka dianjurkan agar makanan tambahan diberikan secara bertahap mulai usia 5 bulan.(3)

5. Asi

5.1 Komponen Asi
Asi merupakan substansi bahan yang hidupdengan kompleksitas biologi yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan baik secara aktif melalui pengauran imunologis.Asi bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi, tetapi juga mengandung inunoglobulin a (Ig a) yang memainkan peran penting dalam fungsi proteksi. Asi juga mengandung kadar lisozim yang tinggi yang sangat menguntungkan untuk menghancurkan bakteri didalam rongga usus.(7)
Kolustrum yaitu asi yang bewarna kekuningan yang keluar pertama kali setelah bayi lahir mengandung protein yang terdiri dari lactalbumin, lactalglobin,casein, minyak, mineral, vitamin A dan Ig a. Kandungan Ig a dalam kolustrum jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terkandung dalam asi. Kolustrum menjamin bayi baru lahir dapat beradaptasi dan berhasil melewati masa trasnsisi.

5.1.2 Manfaat Asi
Asi merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung semua bahan yang diperlukan oleh bayi untuk masa 0-4 bulan,
Menurut depkes RI 1994 manfaat asi adalah :
Mudah dicerna
Mengandung zat berkualitas tinggi untuk kecerdasan dan pertumbuhan
Mengandung zat kekebalan
Aman dan bersih
Suhu tepat
Menghindarkan bayi dari alergi dan diare
Asi praktis dan ekonomis, dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Disamping itu asi juga bebas dari kesalahan dalam penyediaan dan penyajian.(7)

5.1.3 Pola Menyusui
Pola menyuu\sui dalam hal ini meliputi cara pemberian,sikap dan tingkah laku ibu dalam menyusukan bayinya. Sebaiknya bayi disusui secara call feeding maksudnya setiap saat bayi menginginkannya. Yang juga penting adalah ibu harus berada dalam keadaan tenang dan bebas dari ketegangan fisik maupun mental. Cara menyusui sebaiknya pada kedua buah payudara secara bergantian

6. Pengukuran Tumbuh Kembang

6.1 Pengukuran Pertumbuhan cara Antropometri
Antropometri selama ini dikenal sebagai indikator sederhana dalam penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat. Jenis antropometri yang digunakan adalah berat badab, tinggi badab/panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada dan lapisan lemak bawah kulit
Dalam penilaian untuk menentukan status gizi balita, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Indeks yang digunakan adalah indeks berat badan menurut tinggi badan.
Klasifikasi berat badan menurut tinggi badan berdasarkan who menggunakan baku indks NCHS (terlampir)(10)

6.2 Pengukuran Perkembangan Menurut DDST
DDST adalah salah satu dari metode skining terhadap kelainan perkrmbangan anak.Tes ini bukanlah merupakan tes untuk diagnosa atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skining yang baik. Tes ini dapat dilakukan dengan cepat ( sekitar 15-20 menit ) dan menunjukkan validitas yang tinggi.
Dalam DDST semua tugas perkembangan disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang meliputi
1.Personal sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
2. Gerakan motor halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot –otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Bahasa
Yaitu kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
4. gerakan motor kasar
Yaitu aspek yang berhubungan dengan sikap tubuh.
Untuk menentukan perkembangan berdasarkan DDST maka hasil tes diklasifikasikan dalam
Abnormal
Bila terdapat 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan ditambah dengan 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan
Pada sektor yang sama tersebu tidak ada yang lulus
Meragukan
Bila pada 1 sektor terdapat 2 keterlambatan
Tidak dapat dites
a. Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi meragukan
Normal
a. Semua yang tak tercantum dalam kriteria tersebut diatas

Kerangka konsep Penelitian
Bayi 1-4 bl
Asi eksklusif Asi non eksklusif
Stimulasi Keadaan kesehatan

Tumbuh kembang
Pertumbuhan BB/umur
Perkembangan (DDST)

Penjelasan Kerangka konsep

Pemberian asi secara eksklusif dan noneksklusif merupakan upaya pemenuhan gizi anak yang memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Pada bayi yang lahir cukup bulan dan punya berat badan lahir yang cukup seharusnya mempunyai pertumbuhanyang sesuai dengan standart pertumbuhan menurut WHO/NCHS. Untuk mengetahui apakah berat badan bayi yang mendapat asi eksklusif dan non eksklusif itu sesuai atau tidak dengan standart diatas maka perlu diketahui berat badan lahir dan berat badan saat dilakukan penelitin.

Keadaan kesehatan anak berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik. Berbeda dengan anak yang sering sakit biasanya pertumbuhannya akan terganggu. Kesehatan anak ini dipengaruhi oleh frequensi sakit, beat atau ringannya penyakit dan lama masa sakit yang dialami.

Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi. Kualitas stimulasi ini dipengaruhi oleh ibu atau pengasuh anak, lama waktu stimulasi, alat atau permainan yang digunakan dan cara stimulasi.
DAFTAR PUSTAKA

Akre, j ,Pemberian Makanan untuk Bayi, Dasar-dasar Fisiologis WHO, 1990.

Hurlock, Elizabeth, Perkembangan Anak, Jilid I , Penerbit Airlangga, 1998.

Muhilal, Krisdina, dkk, Angka kecukupan Gizi yang Dianjurkan, Aksara Widya Karya Nasional, Jakarta, 1998.

Satoto, Tumbuh Kembang Anak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Proceeding of Seminar cum Workshop on Safe Motherhood and Child Survival Growth and Development, Surabaya, 1990.

Samsudin, Cara Penilaian Keadaan Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak, 1985.

Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1995.

Suradi, Rusina, Manfaat Pemberian ASI Ekslusif Bagi Tumbuh Kembang Anak dalam Seminar Sehari ASI Ekslusif, Jakarta, 1994.

Tarwotjo, Ig & Soekiman, Status Gizi Anak, Majalah Gizi Indonesia vol.IX No.2, 1987.

Tumbelaka, WAFC, Peranan ASI dalam Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya, Media Hospitalia vol.54, 1998.

WHO, A Growth Chart fot International Use in Maternal and Child Health Care, Geneva, 1980.

WHO / FAO, Energy and Protein Requirement, Report of Joint WHO / FAO, WHO Technical Report Series No. 52.

download materi askep

About this blog

SELAMAT DATANG DI ASKEP-EBOOK.BLOGSPOT.COM
SEBUAH BLOG DARI SEORANG PERAWAT UNTUK BERBAGI ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN.
BILA ANDA KESULITAN DALAM MENCARI MATERI POSTING, ANDA DAPAT GUNAKAN KOLOM PENCARIAN DI POJOK KANAN ATAS
SEMOGA APA YANG SAYA SAMPAIKAN DAPAT BERMANFAAT, TERIMAKASIH